SMAN 1 Tanggul, Kabupaten Jember membuat gebrakan lewat program School Food Care (SFC). Bukan hanya fokus pada teori di kelas, sekolah ini justru mengubah lahan kosong menjadi kebun produktif penuh sayur-mayur sehat. Program SFC ini merupakan pilot project pemerintah pusat di wilayah Jember untuk mendukung ketahanan pangan dan menanamkan keterampilan hidup kepada para murid. Dengan metode hidroponik dan polybag, para murid dan guru bergotong royong menanam berbagai jenis tanaman seperti sayur, kacang-kacangan, dan umbi-umbian.
Hebatnya, langkah inovatif itu mendapat apresiasi langsung dari Kepala Dinas Pendidikan Jatim Aries Agung Paewai. “Saya mengapresiasi program SFC ini, karena murid tidak hanya mendapat teori akademik, tetapi dibekali keterampilan menanam yang bisa langsung diterapkan, bahkan sampai menjadi wirausahawan muda,” kata Aries, Senin (17/3). Aries menyebut program ini sebagai Natural Laboratory alias laboratorium alam, tempat murid belajar secara nyata. Program ini juga diklaim bisa mendukung edukasi pangan sehat, wisata edukasi sekolah, dan pembentukan jiwa entrepreneur.
Tak hanya itu, Aries optimistis SFC bisa menanamkan kebiasaan positif kepada murid agar bisa mengembangkan keterampilan hidup mandiri, bahkan bisa menanam sendiri di rumah. "Dari kegiatan School Food Care ini murid diharapkan dapat mengolah bahan baku menjadi bahan olahan, membuat produk inovasi tepat guna dan memiliki nilai jual serta menciptakan wirausahawan muda," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Tanggul Marta Mila Sughesti menyebut pihaknya mulai menjalankan program SFC sejak Desember 2024, memanfaatkan lahan kosong seluas setengah hektare di belakang sekolah.
"Kami libatkan seluruh murid di setiap jenjang. Juga guru, karyawan dan komite untuk mengurus perkebunan sekolah," kata Marta. Adapun tantangan besar mereka adalah kondisi tanah perbukitan yang harus diolah khusus, apalagi saat musim hujan. “Kami manfaatkan hidroponik dan polybag sebagai solusi. Hasil panen dijual, dan dananya kami pakai buat beli bibit dan perbaikan sanitasi air. Ini menjadi tantangan karena sanitasi di lahan perbukitan cukup mahal,” ujar dia. Program itu juga menjadi bagian dari kurikulum sekolah, termasuk P5, Double Track, dan PKWU. Murid terlibat penuh dari proses penanaman hingga pengolahan hasil panen menjadi produk bernilai jual. Marta berharap program ini bisa membekali murid dengan ilmu bermanfaat untuk masa depan, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi bagi masyarakat luas.
Source : https://jatim.jpnn.com/jatim-terkini/36200/sman-1-tanggul-sulap-lahan-kosong-jadi-kebun-sehat-bisa-cetak-wirausaha-muda
Jadilah yang pertama berkomentar di sini